bvn/sar
PEMBEKALAN – Owner Jawa Post Group Dahlan Iskan membekali kalangan wartawan di ajang Capacity Building Sobat Media BI Bali yang digelar di Nusa Lembongan, Kamis (12/9/2024).
SEMARAPURA (BALIVIRALNEWS) –
Begawan jurnalistik yang juga owner Jawa Post Group Dahlan Iskan hadir dalam acara “Ngeraos Sareng Media dan Capacity Building Sobat Media BI Bali” yang digelar di sebuah hotel di Nusa Lembongan, Klungkung, Kamis (12/9/2024). Pada saat itu, mantan Dirut PT PLN tersebut memberikan “bekal” kepada puluhan wartawan media cetak, media elektronik maupun media online yang hadir pada acara tersebut.
Hadir juga pada acara tersebut Kepala BI Provinsi Bali Erwin Soeriadimadja, Deputi Kepala Kantor Perwakilan BI Provinsi Bali Gusti Ayu Diah Utari, dan Advisor BI Bali Butet Linda H. Pandjaitan. Selain itu, hadir pula sekitar 60 wartawan dari berbagai medai di Bali.
Sebagai tokoh yang sudah malang melintang di dunia pers, Dahlan Iskan memaparkan tugas-tugas yang harus dilakukan wartawan. Wartawan biasanya merating terhadap pejabat dan program-programnya. Setelah merating, wartawan juga menelusuri apa kemauan pejabat bersangkutan. Ketika ada pejabat yang nyeleneh dan program-programnya keluar dari aturan, tegasnya, wartawan pun biasanya melakukan kritik. “Kritik bisa dilakukan dengan keras, ada juga kritik yang dilakukan secara bijaksana,” tegasnya.
Walau begitu, Dahlan Iskan juga menyatakan tak tertutup kemungkinan wartawan melakukan kritik dengan tujuan tidak baik. Misalnya memeras, meminta dengan halus atau bahkan sampai mengiba.
Tentu saja jika ini terjadi (wartawan melakukan kritik dengan tujuan-tujuan tidak baik, red), ini bukan produk pers. Dahlan Iskan jelas saja tidak menganjurkan hal ini dilakukan oleh seorang wartawan yang dalam menjalankan tugasnya senantiasa dibekali dengan kode etik jurnalistrik dan UU Pers.
Menanggapi maraknya media online yang muncul belakangan ini, Dahlan Iskan pun membuka wawasan serta memberikan motivasi kepada wartawan yang hadir. Ini diawali karena dari segi industri, media online belum memberikan harapan dari sisi finansial. Prinsipnya, pendapatan media online masih kecil setara dengan gaji seorang karyawan. Karena itu, dia pun melontarkan pertanyaan, apakah selamanya anda semua akan tetap menjadi wartawan.
Mendapat pertanyaan ini, salah seorang wartawan dari media cetak Arif Wibisono dengan tegas mengatakan mulai membidik bidang-bidang lain, selain menjadi wartawan tentunya. “Saya menyelesaikan S2 di Surabaya untuk bisa menggeluti bidang lainnya. Selain sebagai wartawan, saat ini saya menggeluti dunia konsultan media,” tegasnya.
Hal sama diakui oleh wartawan lainnya Arnoldus Dhae. Walau menyatakan tetap menggeluti dunia jurnalistik, dia pun mulai mencoba terjun ke politik sebagai calon legislatif. “Pada pileg yang lalu, saya menjadi caleg dari salah satu partai. Namun sayangnya masih gagal,” ujarnya.
Hal berbeda diungkapkan salah wartawan Nyoman Sarmawa. Saya menjalankan filosofi Bali yakni jangan terus-terusan menajdi kernet. Suatu saat harus mampu menjadi sopir. Dengan filosofi ini, selain menjadi wartawan, dia pun mengaku saat ini mengelola media dan merekrut beberapa orang untuk mendukungnya. “Dengan tenaga-tenaga muda, saya berharap media yang saya rintis ini bisa berkembang dengan baik, termasuk dari segi omzet,” tegasnya.
Mendapat jawaban beragam tersebut, Dahlan Iskan pun mengangkat jempol sebagai tanda salut. Dia menegaskan, eksistensi media memerlukan tenaga-tenaga fresh dengan skill tinggi. Karena itu, dia mengaku mendukung ketika wartawan melirik bidang-bidang lainnya. “Menjadi caleg sangat bagus, yang penting jangan menjadi tim sukses,” tegasnya.
Demikian juga jika ada keinginan untuk menjadi pengacara jika memang memiliki pendidikan hukum, termasuk menjadi konsultan untuk bidang-bidang yang lain. Dahlan Iskan sepakat bahwa akses maupun relasi yang selama ini dibangun oleh seorang wartawan merupakan investasi yang bernilai tinggi. Akses maupun relasi inilah yang bisa mendukung wartawan bisa sukses ketika beralih ke profesi lainnya. (sar)