bvn/sar
TEKEN PRASASTI – Dirut Perumdam Tirta Mangutama Badung Wayan Suyasa didampingi Dirtek Made Suarsa, Dirum Made Sugita dan Ketua Dewan Pengawas IB Surya Suamba menandatangani prasasti serangkaian napak tilas sumber air pertama di Riang Gede, Jumat (10/10/2025).
TABANAN (BALIVIRALNEWS) –
Dengan prinsip “Jas Merah” atau jangan sekali-sekali melupakan sejarah, Perumdam Tirta Mangutama Kabupaten Badung, Jumat (10/10/2025) menggelar napak tilas ke sumber air di Desa Riang Gede, Kecamatan Penebel, Tabanan. Di sinilah sumber air pertama Perumdam Tirta Mangutama karena dulu status sumber air ini dikelola negara.
Napak tilas yang digelar serangkaian HUT ke-49 ini, diikuti jajaran direksi seperti Direktur Utama (Dirut) Perumdam Tirta Mangutama I Wayan Suyasa, Direktur Teknik (Dirtek) Made Suarsa, serta Direktur Umum (Dirum) Made Sugita. Hadir juga Sekda Badung Ida Bagus Surya Suamba selaku Ketua Dewan Pengawas, anggota Dewan pengawas lainnya, Ketua Panitia HUT I Made Gede Ary Gunawan, serta pejabat setingkat kabag dan karyawan di lingkungan Perumdam Tirta Mangutama. Yang istimewa, hadir juga Direktur Teknik Perumda Air Minum Tirta Amerta Tabanan I Gede Suryantara.
Rombongan Perumdam Tirta Mangutama Badung berkumpul di Pura Goa Riang Gede untuk selanjutnya melakukan napak tilas dengan berjalan kaki ke sumber air yang ada di bawahnya. Walau jalan cukup curam, peserta semuanya bisa sampai di sumber air karena dibuat anak tangga yang jumlahnya ratusan buah.
Di tempat ini, Perumdam Tirta Mangutama menyerahkan donasi yang sebagian digunakan untuk pengadaan patung Ganesha dan ditempatkan di sumber air ini. Kegiatan lainnya berupa penandatanganan prasasti. Prasasti tersebut berisi narasi bahwa mata air Riang Gede di Desa Riang Gede, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali merupakan sumber air bersih pertama melalui jalur perpipaan masyarakat Badung. Prasasti tersebut ditandatangani oleh Dirut I Wayan Suyasa.
Dalam sambutannya, Dirut Wayan Suyasa mengungkapkan, kehadirannya ke Riang Gede ini merupakan perjalanan sejarah untuk bisa melakukan evaluasi. Awalnya, sejak zaman Belanda sekitar tahun 1930, di sinilah sumber air baku pertama Perumdam Tirta Mangutama. Saat itu, air minum masih langka tetapi di perkotaan air sudah sangat diperlukan.
Napak tilas di Desa Riang Gede Tabanan.
Sejak adanya Colombo Plan sekitar tahun 1976, ungkapnya, sumber air baku Perumdam Tirta Mangutama yang berasal dari Riang Gede ini berhenti. Walau begitu, pihaknya tidak melupakan sejarah ini. Selain Perumdam Tirta Mangutama akan menyambut usia 50 tahun, sekarang Perumdam sudah melakukan penataan-penataan tentang sejarah. “Jas merah, jangan sekali-sekali melupakan sejarah karena sejarah bisa dipelajari untuk langkah-langkah selanjutnya dalam menjalankan tata kelola perusahaan,” tegasnya.
Pada kesempatan itu, Suyasa juga mengucapkan terima kasih kepada jajaran Perumda Tirta Amerta Tabanan yang sudah menerima rombongan Napak Tilas. Selain itu, Suyasa berharap ke depan terbuka peluang kerja sama antara kedua perumdam.
Menurutnya, wilayah Badung banyak yang berbatasan dengan wilayah Tabanan. Selanjutnya, Tabanan memiliki potensi sumber air yang berlebih sehingga memungkinkan adanya kerja sama pembelian air. “Pengelolaan air tidak dibatasi oleh wilayah, tetapi dibatasi oleh kebutuhan,” ujarnya.
Dirtek Perumda Air Minum Tirta Amerta Tabanan I Gede Suryantara mengungkapkan, sebenarnya mata air ini bernama Beji Selaka yang terletak di Desa Riang Gede. Sumber air ini dibangun tahun 1929, namun mulai beroperasi efektif tahun 1932 pada zaman Belanda dengan pipa berdiameter 6 inchi dan berkonstruksi baja. Sumber air ini menggunakan 6 sistem namun yang dimanfaatkan sekarang 4 sistem.
Dia pun menjelaskan sejarah air dari Riang ini masuk ke Badung. Air di sini masuk ke sistem di Terminal Pesiapan. Di sana ada reservoar zaman Belanda dengan sistem grafitasi bukan pemompaan. Kemudian dari Pesiapan turun ke jalur Desa Dauh Peken, jalur Bongan, masuk ke daerah Pandak, dari Pandak menuju ke Cepaka, Kaba-kaba dan ke Munggu (Badung).
Itu jalur pertama yang dibangun sehingga pada tahun 1932 itu PAM Negara Tabanan mengaliri wilayah perkotaan Tabanan dan sebagian juga mengaliri ke Kabupaten Badung. Saat ini secara sistem sekarang ada grafitasi dan pompa. Kapasitas terpasang 115 liter per detik dan kapasitas yang dimanfaatkan sesuai surat izin pengelolaan air (SIPA) sebesar 75 liter per detik. Sumber air ini, katanya, melayani 7.200 pelanggan di Tabanan atau sekitar 10 persen dari keseluruhan pelanggan.
Dia memastikan sumber air baku ini cukup bersih. “Kami hanya menambahkan clorin sudah aman. Hemat bahan kimia kemudian banyak grafitasi sehingga hemat listrik dan NRW atau tingkat kebocoran kecil,” ujarnya.
Sekda Badung dalam kapasitas sebagai Dewan Pengawas Perumdam Tirta Mangutama mengaku baru mengetahui bahwa di Pura Goa memiliki sumber yang airnya selaka. Selaka ini, ujarnya, karena dulu saat mandi di kolam sumber air ini kulit menjadi bersih seperti selaka.
Badung sendiri menggunakan sumber mata air ini hingga tahun 1976. Dia berharap ke depannya terbuka peluang kerja sama berkenaan dengan penyediaan masalah air. Di Badung demand (permintaan, red) besar cuma airnya kurang. Sebaliknya Tabanan airnya banyak, demand-nya kurang. “Di sini memang harus kerja sama,” katanya.
Wilayah Badung yang berbatasan dengan Tabanan yakni Munggu, Pererenan, Canggu, Tibubeneng, dan di daerah utara yang berbatasan dengan Kaba-kaba yakni Buduk merupakan daerah yang sangat berkembang. Saat ini, kebutuhan air bersih di wilayah ini masih dilayani Penet tetapi kondisinya masih kecrat-kecrit sehingga ke depan berpeluang ada kerja sama dengan Tabanan.
Dalam hal ini, dia sepakat bahwa Bali perlu dikelola secara one island one management. “Kita tidak bisa saklek bahwa kita dibatasi wilayah-wilayah. Air tidak mengenal KTP, di sini kita bisa berkolaborasi dan bisa bekerja sama saling menguntungkan,” ujarnya.
Setelah acara seremonial berakhir, peserta banyak yang turun langsung ke sumber air untuk merasakan segarnya air di tempat ini. Banyak peserta mengambil air untuk mencuci muka. (sar)