ist
JUMPA PERS – Suasana jumpa pers antara direksi Perumda Pasar Mangu Giri Sedana dengan kalangan wartawan media cetak, elektronik dan media online.
Di bawah kepemimpinan Bupati Nyoman Giri Prasta, S.Sos. dan Wabup Drs. Ketut Suiasa, S.H., Badung mulai memaksimalkan fungsi Perumda Pasar Mangu Giri Sedana. Duet pemimpin ini berharap Perumda tak sekadar menyewakan kios dan los bagi pedagang. Perumda pun diminta untuk mengembangkan sayap bisnis, terutama untuk menampung hasil-hasil pertanian lokal pada saat panen raya. Pengembangan bisnis apa saja yang dilaksanakan?
GUNA menindaklanjuti harapan Bupati dan Wabup, trio direksi Perumda Pasar Mangu Giri Sedana yakni Dirut Made Sukanta, Direktur Operasi Wayan Astika, dan Direktur Umum Wayan Mustika pun merancang sejumlah program inovatif bagi pengembangan Perumda Pasar. Yang pertama tentu saja secara internal melakukan konsolidasi terhadap aset termasuk sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki, dan kedua melakukan upaya-upaya strategis secara eksternal.
Hal itu terungkap dalam jumpa media yang digelar Bagian Humas Pemkab Badung, Senin (12/8) kemarin. Saat itu ketiga direksi Perumda Pasar Mangu Giri Sedana menyampaikan program inovatif yang telah dan akan dilakukan. Acara ini dipandu Kasubbag Peliputan Humas Setkab Badung IB Krisna Dwipayana mewakili Kabag Humas Putu Ngurah Thomas Yuniarta.
Secara internal, ujar Dirut Made Sukanta, pihaknya melakukan penataan aset-aset yang dikelola serta peta SDM yang ada. Dari 10 pasar yang dikelola, ujarnya, 9 pasar sudah dalam kondisi menguntungkan. “Hanya ada satu pasar yakni Pasar Kertasari yang masih merugi dan harus disusui,” katanya.
Masih meruginya Pasar Kertasari ini, katanya, bukan karena kegagalan pengelola. Namun memang secara nyata, lokasi pasar sangat tidak layak. Pasar Kertasari dikelilingi pasar-pasar tradisional yang sudah berkembang, seperti Pasar Mambal, Blahkiuh serta Pasar Penarungan. Karena dikelilingi pasar, katanya, pengunjung ke Pasar Kertasari pun kian menyusut dan pedagang pun banyak yang mengundurkan diri.
Karena tidak layak, katanya, Pemkab Badung akan mengambil alih aset tersebut untuk pembangunan sekolah. “Kami pikir pembangunan sekolah sangat cocok di lahan sekitar 1 hektar tersebut,” katanya.
Walau begitu, tegasnya, bangunan pasar yang dikelolanya saat ini telah berumur. Ini perlu dilakukan revitalisasi sehingga pasar mampu bersaing baik terhadap pasar tradisional yang dikelola desa adat maupun swasta, serta pasar modern.
Peremajaan terhadap bangunan pasar, dipastikan sangat penting terutama untuk memberikan layanan terbaik bagi pedagang dan pengunjung pasar. “Peremajaan pasar dipastikan akan digarap secara bertahap sesuai kemampuan Perumda Pasar,” tegasnya.
Masih di internal, katanya, pihaknya menata SDM yang ada. Saat ini, katanya, jumlah tenaga kerja di Perumda Pasar sudah menurun. Hal ini karena sebagian karyawan sudah memasuki purnatugas. “Jumlah tenaga kerja yang ada saat ini sudah ramping dengan produktivitas yang tinggi. Dengan begitu, kesejahteraan karyawan pun bisa ditingkatkan,” katanya sembari menambahkan, penyesuaian kesejahteraan karyawan sudah mulai dilakukan.
Pengembangan bisnis yang dilakukan berupa menjadikan Perumda Pasar distributor bagi pedagang di semua pasar baik yang dikelola oleh Perumda Pasar maupun pasar lainnya. Saat ini, Perumda lebih memfokuskan diri pada tiga produk kebutuhan pokok yakni beras, gula dan minyak.
Saat dikatakan distributor harus mampu bersaing dari sisi harga sehingga harus memiliki akses pabrik, Sukanta pun sepakat. “Sebagai distributor, Perumda Pasar wajib memiliki akses pabrik sehingga harga yang diberikan kepada pedagang sama dengan distributor lain atau bahkan lebih murah,” tegasnya.
Tanpa akses pabrik, ujarnya, pihaknya akan sulit memberikan harga bersaing kepada para pedagang. Walaupun dipaksakan harus mengambil di Perumda Pasar, pedagang pun nanti akan menjual produk lebih mahal dan dipastikan tidak laku.
Dengan pertimbangan ini, untuk beras, pihaknya merancang membuat pabrik penyosohan sendiri dengan skala agak besar. Lewat kerja sama atau sinergi dengan BUMDes, pihaknya akan membeli gabah petani.
Selain untuk menjaga stabilitas harga, penyosohan sendiri ini untuk menjaga kesinambungan produk. “Jangan sampai, tak ada pasokan beras ke Perumda sehingga merugikan pedagang,” katanya.
Untuk gula, tambah Direktur Operasi Wayan Astika, pihaknya sudah melakukan survai ke sejumlah pabrik gula di Jawa Timur. “Kami harus tahu kapan produksi dilakukan dan berapa harga yang bisa kami terima. Selanjutnya, apakah harga tersebut bisa bersaing dengan distributor yang lain,” katanya.
Dia mencontohkan, Perumda bisa memberikan gula Rp10.200 per kilogram kepada pedagang. Namun dari distributor lain, pedagang memperoleh dengan harga Rp 9.800. “Kami tak ingin ini terjadi, sehingga selaku distributor, Perumda harus memiliki akses langsung ke pabrik,” tegas mantan anggota DPRD Badung tersebut.
Pengembangan bisnis lain berupa pengelolaan unit Controlled Atmosphere Storage (CAS). Unit ini nantinya akan menampung seluruh hasil produksi petani khususnya untuk produk bawang dan cabai pada saat panen raya.
Biasanya saat panen raya, tambah Dirum Wayan Mustika, harga produk pertanian akan anjlok. Demikian juga untuk bawang dan cabai.
Dengan adanya unit CAS di Perumda Pasar, pihaknya akan membeli kedua produk pertanian tersebut dengan harga normal. Poduk ini akan dikeluarkan pada saat yang tepat yakni ketika produksi langka.
Unit ini tak semata-mata profit. Ini juga untuk menangkal laju inflasi yang terjadi akibat kelangkaan bawang dan cabai,” kata Mustika.
Dengan intensifikasi serta ekstensifikasi usaha, pendapatan Perumda pun melonjak hingga 30 persen. Intensifikasi dilakukan dengan mengintensifkan pengelolaan pasar termasuk menerapkan timbangan digital untuk Pasar Hewan Beringkit. “Dengan timbangan digital, kepercayaan pedagang sapi maupun pembeli tumbuh sehingga menjual dan membeli sapi di Beringkit,” katanya.
Edited by N. Suardani