bvn/hmbad
MAPEPADA – Bupati Nyoman Giri Prasta saat menghadiri Upacara Mapepada serangkaian Karya Mamungkah, Ngenteg Linggih, Mapadudusan Alit di Pura Maspahit, Banjar Desa, Desa Gadungan, Kecamatan Selemadeg Timur, Tabanan, Senin (9/9).
TABANAN (BALIVIRALNEWS) –
Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta menghadiri Upacara Mapepada serangkaian Karya Mamungkah, Mupuk Pedagingan, Caru Manca Kelud, Melaspas, Ngenteg Linggih, Mapadudusan Alit (Wraspati Kalpa) di Pura Maspahit, Banjar Desa, Desa Gadungan, Kecamatan Selemadeg Timur, Tabanan, pada Soma Wage Juluwangi, Senin (9/9). Puncak karyanya jatuh pada Buda Umanis Juluwangi, 11 September mendatang dan akan dipuput oleh Ida Pandita Mpu Siwa dari Griya Kerambitan.
Turut hadir pada kesempatan ini, mantan Ketua DPRD Kabupaten Tabanan periode 2019-2024 I Made Dirga, anggota DPRD Kabupaten Tabanan I Made Edi Nugraha Giri dan Made Muskadana, Sekda Tabanan I Gede Susila, Camat Selemadeg Timur I Wayan Sudarya, Bendesa Adat Desa Gadungan I Made Dana, Perbekel Desa Gadungan I Wayan Muliartana, Kelian Adat Banjar Desa I Nyoman Anom Winantra, Kelian Dinas Banjar Desa I Made Rustiaga, serta tokoh masyarakat.
Pada kesempatan ini juga, sebagai bentuk motivasi dan dukungan, Bupati Badung Giri Prasta menyerahkan bantuan pribadi Rp 50 juta yang diserahkan secara langsung kepada Ketua Panitia I Wayan Sudarma yang disaksikan oleh seluruh undangan dan para masyarakat pengempon Pura Maspahit.
Bupati Badung Giri Prasta dalam sambutannya menyampaikan, dalam karya ini, puja atau upacara dilaksanakan oleh Ida Ratu Sulinggih dan para pemangku, lalu wali atau tari-tarian diikuti oleh para krama. Dijelaskan pula, berdasarkan apa yang disampaikan oleh ketua panitia, pura ini agar nantinya memiliki Purana atau catatan sejarah dari silsilah Pura Maspahit. Dengan menjalankan karya ini, berarti masyarakat telah menjalankan kewajiban sebagai umat Hindu khususnya sebagai pengempon Pura Maspahit ini.
“Desa Gadungan boleh maju, tapi dengan kemajuan Desa Gadungan ini, jangan sampai menggerus akar adat dan budaya kita. Di Bali ini yang paling utama adalah agama leluhur, jangan lupakan para leluhur dan baktilah kepada leluhur. Semoga semua rangkaian karya di Pura Maspahit ini berjalan lancar sampai nanti puncak karya hingga penyineban. Dengan telah dilaksanakan karya ini, semoga para pengempon pura juga segilik saguluk, saluung-luung lan sebayantaka, mencapai gemah ripah loh jinawih dan tata tentram kertha raharja,” ujar Bupati Giri Prasta.
Ketua panitia I Wayan Sudarma dalam laporannya menyampaikan, pembangunan restorasi Pura Maspahit ini sudah dimulai sejak 2015, dimulai dengan mengumpulkan dana dari 135 KK pengempon pura ini. Dijelaskan pula, pengempon pura ini tidak hanya dari Desa Gadungan, ada dari Desa Kerambitan, Desa Gunung Salak, Desa Baha dan dari Kabupaten Jembrana.
“Dengan kekurangan dana yang kami miliki, para pengempon urunan Rp 4 juta per KK, hingga terkumpul dana Rp 500 juta untuk restorasi pura ini, yang dicicil dengan jangka waktu 3 tahun. Setelah selesai pembangunan, rencananya kami akan melaksanakan upacara karya, namun terkendala dengan adanya pandemi covid-19, yang membuat kami menunda rencana untuk melaksanakan karya ini dan pembangunan pura ini juga tertunda,” jelasnya.
Lebih lanjut Wayan Sudarma menjelaskan, baru pada tahun 2022 kembali para kelian dan pengempon melanjutkan pembangunan restorasi pura ini. Tertundanya pembangunan tersebut membuat para pengempon terus mengaturkan banten/upakara Guru Bendu Piduka, di setiap piodalan di pura ini.
“Kami terus berusaha untuk melaksanakan karya ini, dengan mencari informasi kepada para pengempon pura yang telah melaksanakan Karya Ngenteg Linggih sebelumnya. Lalu kami membuat secara swadaya apa saja yang diperlukan untuk kebutuhan karya ini, kami buat sedikit demi sedikit. Dengan kehadiran Bapak Bupati Giri Prasta ke pura ini, kami berharap bisa meringankan beban kami sebagai pengempon,” ungkapnya. (dev/hmbad)