ist
BAHTERA – Ketua TP PKK Bali Ny. Putri Koster bersama Sayu Sutrisna Dewi pada acara Dialog Bahtera di TVRI Bali, Rabu (24/11/2021).
DENPASAR (BALIVIRALNEWS) –
Ketua TP PKK Provinsi Bali Ny. Putri Koster terus berupaya mengajak seluruh masyarakat, khususnya ibu-ibu selaku kader PKK untuk memajukan dan mensejahterakan keluarganya dengan usaha, baik internal dan juga eksternal. Sebagai garda terdepan di dalam pola pengasuhan dan pendidikan karakter keluarga, peran ibu rumah tangga tentu saja menjadi prioritas utama dalam menjaga keberlangsungan hidup dan keberlanjutan ekonomi, terlebih pada masa pandemi covid-19 seperti saat ini.
Pandemi covid-19 mengajarkan kita untuk lebih kuat menapaki serta menghadapi setiap tantangan yang muncul, dengan begitu diperlukan kreativitas dan inovasi dalam mengalihkan mata pencaharian yang tidak selalu diam. “Dua tahun bukan waktu yang singkat untuk berjuang melawan covid-19. Namun kita harus berani keluar dari zona nyaman. Karena apabila pariwisata belum bisa menjanjikan untuk pulih dalam waktu yang cepat, kita jangan berpangku tangan,” ajak Ketua TP PKK Provinsi Bali Ny. Putri Suastini Koster.
Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K) menjadi salah satu program yang sedang digalakkan kader PKK untuk dapat berinovasi mendatangkan penghasilan, mulai dari mengasah kemampuan yang dimiliki dan kemudian menciptakan lapangan kerja baru bagi diri sendiri dan juga keluarga. Bukan hanya peningkatan pendapatan yang menjadi fokus dari program UP2K ini, melainkan penghematan pengeluaran yang harus dijaga sehingga terjadi penguatan ekonomi dalam sebuah keluarga, karena hidup harus tetap berjalan dan pendidikan anak anak harus tetap menjadi prioritas utama.
Pandemi covid-19 mengajarkan kita semua untuk siap menggunakan kecerdasan yang kita miliki dan pelajari semasa di bangku sekolah dulu, dan mengelola keuangan dengan baik dan bijak juga menjadi kunci untuk dapat bertahan terus ke depan.
Peralihan atau adaptasi terhadap kondisi saat ini akan mengarah ke era digitalisasi. Dengan menjadi wirausaha yang mandiri dan memanfaatkan digitalisasi khususnya E-market place untuk melakukan promosi (menjadi metode mendunia dalam hitungan detik) diharapkan mampu menjadi berkah bagi keluarganya.
Yang jauh lebih penting lagi, adalah kita semua berani untuk mencoba dan mengambil risiko, karena dengan keluar dari zona nyaman akan mengajarkan kita untuk menambah daya saing dalam berusaha. Namun perlu keberanian juga mengasah mental dengan cara berjualan di online dan menjaga kepercayaan para konsumen serta memelihara atau menanamkan kejujuran dalam diri.
“Digitalisasi menjadi platform ke depan, namun jangan sampai terjebak dan terjajah. Kita harus siap untuk menguasai sistem digital di bidang teknologi dan informasi. Mari bersama kita hilangkan budaya gali lubang tutup lubang, terlebih terjebak dalam pinjaman online, tentunya tetap survive menghadapi setiap tantangan di masa pandemi yang hingga saat ini belum berhenti,” ungkapnya lagi.
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana Sayu Ketut Sutrisna Dewi menyatakan, istilah banting stir berkaitan erat dengan pasar. Untuk mencapai target pasar baru dalam kondisi seperti saat ini menjadi tantangan bagi semua orang terlebih bagi mereka yang baru terjun ke dunia usaha atau wirausaha. “Di masa sekarang, apa pun bisa dilakukan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasar atau masyarakat. Apabila sudah menemukan kebutuhan masyarakat, maka akan muncul ekspansi pasar dengan strategi marketing yang meluaskan diri dan pemasaran,” ungkap Ny. Sutrisna Dewi.
Penghematan sangat setuju untuk dilakukan oleh semua pihak terdampak, khususnya bagi rumah tangga yang setelah pandemi terjadi mengalami guncangan bagi perekonomiannya. “Di satu sisi melakukan peningkatan pendapatan namun juga penghematan terhadap pengeluaran keuangan menjadikan hal yang harus dilakukan terutama oleh para ibu rumah tangga yang berperan sebagai bendahara di rumah yang mengatur agar pemasukan yang ada bisa mencukupi kebutuhan hidup termasuk biaya sekolah anak-anaknya. Dengan mengubah wanita Bali generasi sandwich (terhimpit) menjadikan hampir seluruh wanita Bali bekerja untuk mengatasi tekanan keuangan, kondisi sangat mendesak sehingga membuat mereka harus berani berutang kepada tetangga, keluarga. Namun ketika rasa malu mereka keluar untuk meminjam lagi, akan dimanfaatkan oleh industri keuangan melalui pinjaman online. Hal ini yang akan menjerat para ibu semakin terlilit oleh beban yang harus dibayarkan. Layaknya pisau, jika benar dia akan bermanfaat, namun ketika tidak benar maka akan menyakiti,” imbuhnya.
Di masa pandemi ini kesiagaan harus ditingkatkan karena di balik kemudahan pasti akan ada risiko lebih besar yang harus ditanggung. “Jangan sampai mereka terjebak dalam utang dan berutang lagi. Mari pikiran sumber dana lain, dengan memanfaatkan keahlian diri yang dimiliki memasak, menjahit pakaian, menekuni bidang jasa dan lain-lain,” ungkapnya lagi.
Dipaksa untuk meningkatkan daya kreasi, kalimat the power of kepepet bisa menjadi kekuatan terakhir yang membawa seseorang kepada sebuah perubahan. Maka kondisi seperti saat ini harus dimanfaatkan dengan baik dan menjadikan momentum untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik karena waktu ada tersedia namun aktivitas kurang. Dengan begitu, kita dapat memanfaatkannya untuk merenung, belajar dan mengikuti seminar online yang membuka peluang untuk dimanfaatkan oleh banyak pihak yang nantinya akan mengarahkan kita untuk melakukan action.
Setiap orang di kondisi yang tidak pasti ini akan menjadi belajar untuk berani melakukan sesuatu, belajar untuk berani melakukan kalkulasi, belajar untuk mengelola sumberdaya, belajar untuk menjaga relasi dan berani berproses yang natural sesuai dengan siklus. Nantinya yang lemah akan menyerah sedangkan yang eksis adalah mereka yang tetap bertahan. “Seseorang yang suka mengeluh akan tetap mengeluh dalam kondisi apa pun, maka dari itu mari stop mengeluh, marilah kita hadapi dengan action. Hilangkan prinsip no action – talk only, namun gunakan prinsip action first – talk after,” tegas Ny. Sutrisna Dewi
Di tengah orientasi menghadapi perekonomian yang tidak pasti akibat pandemi covid-19 dan belum pulihnya sektor pariwisata, salah satu hal yang dapat dilakukan adalah mengubah cara berpikir, yakni dari job seeker menjadi job creater sehingga akan tumbuh sikap mental yang harus dimiliki oleh siapa saja yang ingin sukses. Pandemi juga mengajarkan kita semua kepada sebuah keharusan yang dihadapi sehingga menunjukkan sikap yang proaktif. Dengan siap menghadapi hal yang akan terjadi dalam segala macam kondisi. (sar/hmbal)