bvn/sar
NGERAOS SARENG MEDIA – Kepala Kantor BI Bali Erwin Soeriadimadja didampingi GA Diah Utari dan Butet Linda Pandjaitan menggelar Ngeraos Sareng Media di sebuah hotel bilangan Kedewatan Ubud, Senin (18/3/2024).
GIANYAR (BALIVIRALNEWS) –
Kantor Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali, Senin (18/3/2024) menggelar Ngeraos Sareng Media di sebuah hotel di kawasan Kedewatan Ubud. Pada kesempatan tersebut, BI Bali menyampaikan perkembangan ekonomi di Pulau Dewata mulai triwulan IV tahun 2023 hingga Triwulan I tahun 2024.
Hadir pada acara tersebut, Kepala BI Perwakilan Bali Erwin Soeriadimadja, Deputi Kepala Kantor Perwakilan BI Bali Gusti Agung Diah Utari, serta Butet Linda Pandjaitan serta pejabat lainnya. Acara ini juga dihadiri puluhan wartawan yang merupakan Sobat Media BI Bali.
Setelah dibuka oleh Kepala Kantor BI Bali Erwin Soeriadimadja, acara dilanjutkan pemaparan perekonomian Bali oleh Gusti Agung Diah Utari. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi Bali pada 2023 tetap tinggi yakni mencapai 5,05 persen. “Pada 2024, pertumbuhan ekonomi Bali tetap berlanjut karena indek keyakinan konsumen di atas 100. Kami yakin 2024, perekonomian Bali tetap tumbuh,” ujarnya sembari menambahkan, kinerja ekspor nonmigas pada awal tahun 2024 ada peningkatan.
Pada 2024, ungkapnya, perekonomian Bali diprediksi timbuh hingga 5,86 persen. Ini cukup tinggi dibandingkan nasional yang mencapai 5,04 persen. Pertumbuhan ekonomi Bali ini didukung oleh akmamin 13 persen, transportasi tetap double digit, perdagangan 7,8 persen, serta sektor pertanian sudah tumbuh positif. “Terkait pertumbuhan ekonomi, Bali menempati peringkat ke-6 dari 34 provinsi di Indonesia,” ungkap Diah Utari.
Pada kesempatan itu, Diah Utari juga memaparkan terkait investasi dan inflasi Bali selama tahun 2023 hingga memasuki tahun 2024 ini. Pertumbuhan investasi di Bali cukup tinggi yang menyasar sektor tersier khususnya sektor jasa pariwisata yakni akomodasi.
Sementara untuk menekan inflasi, dia berharap, dilakukan tidak saja secara jangka pendek yakni melakukan operasi pasar dan menggelar pasar murah. Pengendalian inflasi harus dilakukan secara jangka panjang melalui Perumda Pangan yang dibangun oleh pemerintah kabupaten maupun kota di Bali.
Perumda Pangan, ujarnya, bisa masuk pada proses tanam mulai bibit, membantu alsintan, serta kredit bank. Selanjutnya, petani pun menjual hasil pertaniannya ke Perumda Pangan karena ada keterikatan. “Perumda Pangan akan menjadi off taker dan produk pertanian akan terserap dengan harga wajar,” tegasnya.
Dari sisi hilir, menurutnya, Perumda Pangan bisa membuka toko yang menjual kebutuhan pokok dengan margin yang lebih kecil dari pedagang lainnya. Dengan begitu, ini menjadi standar harga di pasar.
Selain itu, ungkapnya, Perumda Pangan menjadi kepanjangan tangan pemerintah. Perumda Pangan bisa bergerak cepat dan segera memperluas jejaring. “Kalau ada kelangkaan, Perumda Pangan bisa langsung menjalin kerja sama dengan Perumda Pangan lainnya sehingga harga menjadi terkendali,” ungkap Diah Utari. (sar)