ist
Wayan Puspa Negara
MANGUPURA (BALIVIRALNEWS) –
Aliansi Pelaku Pariwisata Marginal Bali (APPMB) menolak dan tegas minta pembatalan rencana pemberlakuan PPKM level 3 di akhir tahun 2021 karena kebijakan dinilai tanpa dasar data. Hal ini diungkapkan Ketua APPMB Wayan Puspa Negara, SP, M.Si., Minggu (21/11/2021).
Mantan anggota DPRD Badung tersebut mengungkapkan, rencana kebijakan ini terlihat lucu dan diatur semena-mena atau sesuka hati. Kalau dipaksakan, praktisi pariwisata ini khawatir akan menimbulkan distrust atau ketidakpercayaan publik dan caos (huru-hara).
Terkait adanya informasi dari Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhajir Efendi yang mengatakan, demi mencegah kerumunan dan pembatasan kegiatan masyarakat di akhir tahun akan diberlakukan PPKM Level 3 di seluruh Indonesia, kata Puspa Negara, hal ini tentu bagi Bali sangat aneh dan nyeleneh, di tengah persiapan untuk bangkit seirama dengan turunnya level PPKM ke level 2 saat ini. “Bali justru berharap PPKM turun lagi ke level 1 dan bila perlu hingga level 0 tanpa pembatasan dan menuju true normal,” tegasnya.
Dalam perspektif pariwisata, ungkap politisi asal Legian, Badung tersebut, Bali yang mengalami tren penurunan level PPKM memberi secercah harapan untuk ekonomi bisa bergerak. Sejak level 2, dan ditandai open border 14 Oktober lalu, ungkapnya, adanya pelonggaran jam buka hingga pukul 00.00, dine in hingga 60 persen, wisman domestik mulai masuk. Ini membuat kita mulai tersenyum meski masih ada halangan besar bagi wisman masuk Bali yakni dengan adanya proses karantina 5 hari, visa on arrival masih dicabut dan hanya bisa masuk dengan visa B211A (visa bisnis yang rumit dan perlu promotor).
Belum berlakunya kembali visa on arrival, belum sinkronnya mekanisme tentang keinginan wisman masuk Bali dengan mekanisme di negara kita, katanya, pesawat hanya boleh landing setiap 2 jam. “Ini tak sesuai dengan time scedule rute internasional,” tegas Puspa Negara.
Puspa Negara juga menyoroti jumlah negara yang dibuka baru 19 dan dinilai belum potensial untuk Bali. “Kita membutuhkan Australia, Turki yang masih tidak termasuk dalam 19 negara yang boleh masuk RI, belum adanya schedule penerbangan maskapai asing ke Bali (sudah sebulan lebih open border) belum bolehnya connecting flight masuk Bali. Intinya belum ada regulasi yang sinkron dan mengarah pada kemudahan open border. Jadi open border ini hanya halusinasi/fatamorgana, rakyat di destinasi masih sekarat dan mati suri,” tegasnya.
Namun sekarang diperparah lagi dengan rencana pemberlakuan PPKM Level 3 di akhir tahun tanpa dasar saint, data dan parameter akurat. Jika benar PPKM level 3 diberlakukan, jam buka hanya sampai pukul 20.00 dan berita ini telah dengan cepat beredar secara nasional dan ke mancanegara yang mengakibatkan telah terjadi cancellation booking domestic yang masif. “Kalau benar PPKM level 3 diberlakukan pada akhir tahun, dipastikan Bali sebagai destinasi tidak bisa berkutik alias masyarakat di destinasi akan melarat dan sekarat,” katanya. (sar/bvn)