bvn/hmpln
TESTIMONI – Peserta EV Touring dari Ojek Online (tengah) mendapatkan doorprice atas testimoninya selama ini lebih menguntungkan menggunakan motor listrik sebagai kendaraan untuk bekerja.
DENPASAR (BALIVIRALNEWS) –
Electric vehicle (EV) atau kendaraan listrik di Bali tumbuh 200 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Untuk mendukung pertumbuhan ini, PT PLN (Persero) menyiapkan infrastruktur pendukung EV, sedangkan Dinas Perhubungan Provinsi Bali tengah merancang Travel Demand Management.
General Manager (GM) PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi (UID) Bali I Gede Agung Sindu Putra usai mengikuti EV touring dalam rangka Hari Pelanggan Nasional (HPN) 2024 dan Hari Perhubungan Nasional (Harhubnas), Sabtu (14/9) mengatakan, PLN turut menggaungkan penggunaan EV. Hal ini, menurutnya, PLN wujudkan dengan memastikan kecukupan infrastruktur yakni Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) serta daya pasokan listriknya.
Imbuhnya, PLN sebagai penyedia jasa kelistrikan telah berpengalaman pada berbagai event internasional termasuk dalam melayani penggunaan kendaraan listrik selama event tersebut berlangsung. “Pengalaman kita dalam memberikan pelayanan SPKLU saat event internasional cukup banyak antara lain saat mendukung G20, WWF dan IAF, sehingga diharapkan dapat berkontribusi untuk memperkuat ekosistem kendaraan listrik,” ujarnya.
Dengan pertumbuhan EV di Bali yang cukup pesat, secara berkelanjutan PLN juga berkoordinasi dengan pemerintah daerah (pemda), sehingga pembangunan infrastruktur pendukung itu terukur dan tepat sasaran. Di samping itu, Sindu juga menekankan, kecukupan pasokan listrik saat ini sangat aman dengan daya mampu kelistrikan Bali mencapai 1.400 MW. “Dalam setahun ke depan masih sangat cukup untuk mendukung kebutuhan tenaga listrik di Bali,” jelasnya.
Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Bali IGW Samsi Gunarta mengatakan, ke depan pemda akan mempersiapkan penempatan infrastruktur charging EV se-Bali. “Kita sedang melakukan feasibility study untuk posisi charging di mana saja, kemudian standar bisnis modelnya akan seperti apa karena ini sangat menentukan swasta bisa ikut terlibat dalam penyiapan EV charging ini,” ujarnya.
Ia berharap dengan bisnis model ini akan bisa memberikan insentif kepada masyarakat pengguna EV untuk bisa mendapatkan harga listrik yang lebih kompetitif. Selain itu, untuk mendorong masifnya penggunaan EV, Dishub Bali sedang mempersiapkan proses travel demand management. “Karena Bali sudah macet sehingga ada beberapa tempat yang kita batasi penggunaan kendaraan pribadi kecuali kendaraan listrik dan ke depannya kendaraan plat kuning,” ujarnya.
Titik-titik yang sedang disiapkan tersebut di antaranya ada di Ubud, Kuta, Sanur dan lokasi-lokasi kemacetan terjadi. Travel demand menagament tersebut akan memberikan keistimewaan pada kendaraan listrik pada tahap awal.
Ketua Asosiasi Dewata Motor Listrik I Made Wicipta Adi Sukarya mengapresiasi dukungan PLN dan pemda terhadap kendaraan listrik baik dari infrastruktur maupun kebijakannya. Lewat asosiasi ini, ia ingin menyebarkan manfaat dan keunggulan kendaraan listrik. Anggota asosiasi yang terdiri atas bengkel, sekolah, BUMN, universitas dan swasta ini telah menggunakan kendaraan listrik lebih dari satu tahun.
Menurutnya, kendaraan listrik lebih ramah keluarga karena kecepatannya tidak terlalu tinggi dan nyaman dikendarai karena sedikit getaran, antipolusi udara dan lebih efisien. “Per bulan saya cuma habis Rp 50 ribu untuk biaya nge-charge kendaraan listrik,” tandasnya. (sar/hmpln)