bvn/hmden
TEBA MODERN – Walikota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara memasukkan sampah organik sebagai tanda diluncurkannya Teba Modern yang dipusatkan di Kawasan Banjar Bun, Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar pada Sabtu (10/8).
DENPASAR (BALIVIRALNEWS) –
Walikota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara secara resmi meluncurkan teba modern yang dipusatkan di Kawasan Banjar Bun, Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar pada Sabtu (10/8). Peluncuran inovasi penanganan sampah organik ini diharapkan mampu mendukung optimalisasi penanganan sampah berbasis sumber di Kota Denpasar. Peluncuran program ini dilaksanakan langsung dengan menuangkan sampah organik pada Teba Modern di Kawasan Banjar Bun Denpasar.
Walikota Jaya Negara dalam kesempatan tersebut mengucapkan terima kasih kepada Komunitas Malu Dong bersama PT Sampoerna Indonesia yang telah mendukung penerapan Teba Modern di Kota Denpasar. Sinergitas ini merupakan angin segar dalam mendukung optimalisasi penanganan sampah di Kota Denpasar.
Lebih lanjut dijelaskan, secara teknis teba modern akan mampu menyerap sampah organik masyarakat. Tentunya, program ini tidak akan berhasil jika tidak disertai dengan kesadaran masyarakat untuk memilah sampah.
“Jadi poin pentingnya adalah memilah sampah, setelah dipilah, sampah organik bisa dimasukkan ke teba modern. Nanti setelah matang, bisa kita jadikan kompos untuk pupuk, bahkan belakangan ini kita lihat perkembangannya bisa sekaligus menjadi sumur resapan pengendali banjir,” ujarnya.
Jaya Negara mengatakan, saat ini volume sampah rata-rata di Kota Denpasar mencapai 800 ton per hari. Namun, jumlah tersebut diprediksi sudah bisa terserap di hulu 270 ton. Hal ini tak lepas dari optimalisasi pengolahan sampah pada TPS3R, bank sampah, komposting, Komunitas Eco Enzime, dan yang terbaru teba modern ini.
Pihaknya menambahkan, pada anggaran perubahan APBD Kota Denpasar Tahun 2024, Pemerintah Kota Denpasar telah merancang Program Teba Modern ini. Sebanyak 200 titik akan disasar teba modern. Implementasinya akan menyasar lokasi yang memiliki jumlah sampah organik yang tinggi, mulai dari banjar, pura, hingga taman-taman, termasuk juga sekolah negeri.
“Teba modern ini adalah salah satu dari berbagai inovasi pengolahan sampah di hulu, sehingga diharapkan mampu mengurangi volume sampah ke hilir. Teba modern akan melengkapi TPS3R yang jumlahnya mencapai 23 titik di Kota Denpasar, yang mana 17 titik sudah dilengkapi mesin Gibrig, Bank Sampah juga sudah terus bertumbuh untuk penanganan sampah an-organik, dan saat ini kami dorong Teba Modern, semoga bisa terus mendukung optimalisasi penanganan sampah dari hulu,” ujar Jaya Negara.
Pendiri Komunitas Malu Dong Komang Sudiarta mengatakan, teba modern merupakan sebuah konsep penanganan sampah organik di perumahan atau di hulu. Konsepnya menggunakan penampungan sedalam 2 meter yang dilengkapi dengan tutup untuk memasukan sampah. Pihaknya mengatakan, hingga saat ini telah terdapat 33 teba modern yang sudah beroperasi. Jumlah tersebut akan terus bertambah lantaran permintaan oleh masyarakat kian bertambah.
Meski banyak permintaan, Sudiarta yang akrab disapa ‘Bemo’ ini mengaku harus selektif. Hal ini lantaran tidak semua bisa dibantu dalam merealisasikan penerapan teba modern ini.
“Syaratnya ya itu tadi, pemilahan sampah, kita harus pastikan masyarakat yang akan membuat teba modern taat dalam pemilahan sampah. Jika tidak, teba modern tidak akan optimal dalam mendukung penanganan sampah,” ujarnya.
Sudiarta mengatakan, berdasarkan pengalamannya, satu teba modern tidak akan penuh dalam waktu delapan hingga sembilan bulan. Sebab, di dalamnya terjadi proses penguraian sampah organik secara alami.
“Komunitas Malu Dong akan menuntaskan pembangunan teba modern di Denpasar, sembari dengan melakukan edukasi kepada masyarakat agar nantinya sampah organik tidak terus menerus dibuang ke TPA ataupun TPS3R dan TPST,” ujarnya. (wes/hmden)